SELAMAT DATANG DI POJOK INFORMASI

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

HEADLINE NEWS

9 Juni 2011

Bike To Campus Adalah Latah yang Positif



Oleh : Ari Aprilis, Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Riau 
 Bike to campusa adalah latah yang positif sebaai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan belakangan ini.
kepedulian terhadap bumi dan lingkungan sudah menjadi semacam  trend gaya hidup masa kini. Berbagai langkah konkrit dilakukan untuk menjalankan kampanye itu. Mulai dari menanam pohon, menghemat listrik, mengurangi penggunaan plastik, dan lain sebagainya. Termasuk memilih alat transportasi yang hemat energi seperti sepeda.
Belakangan, masyarakat urban metropolitan kian  menggandrungi sepeda. Moda transportasi yang berjuluk kereta angin ini tak hanya sebagai pilihan hobi, sepeda kini lebih dekat dengan keseharian . Bahkan sepeda pun dipilih sebagai alat transportasi untuk pergi dan pulang dari tempat kerja. Sepeda yang merupakan salah satu alat transportasi beberapa tahun belakangan ini sudah menjadi salah satu pilihan kendaraan favorit bagi kaum urban di perkotaan. Dengan dilatar belakangi oleh gaya hidup go green, sepeda dipercaya sebagai alat transportasi yang hemat energi, biaya sekaligus menyehatkan tubuh.
Maraknya penggunaan sepeda belakangan ini juga merambah dunia kampus. Dengan alasan kesehatan dan cinta lingkungan, mereka pun tak segan  mengayuh sepeda, menempuh puluhan  kilometer, menembus hiruk pikuk lalu lintas perkotaan, dan bermandikan peluh. Tak heran jika kini sepeda dengan beragam  jenisnya sudah  menjadi salah satu trend dan bagian dari gaya hidup dunia kampus. Selain bagian dari gaya hidup dunia kampus, juga merupakan komitmen kampus dalam  menerapkan”Go Green” seperti Kampus UI Depok yang memilki jalur khusus sepeda. Walaupun kebnyakan tren gowes yang sedang merambah dunia kampus merupakan bagian dari style anak muda sekarang, namun ini merupakan gaya hidup yang positif yang harus didukung agar tidak hanya sekedar tren sesaat.
Dengan adanya  tren gowes yang sedang merebak ahir-ahir ini, merupakan bentuk  perpaduan gaya hidup masa kini yaitu antara latah (ikut-ikutan) dengan bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Karna semua orang pengen alam ini kembali segar dan hijau kembali. Jadi walaupun hanya sekedar latar namun latah yang positif. Semoga tren gowes bukan hanya sekedar tren sesaat.

8 Juni 2011

MENJELAJAH PESONA PEKANBARU RIAU


BERLIBUR ke Pekanbaru saat liburan sekolah bukan pilihan keliru. Beragam obyek wisata budaya, religi, sejarah, dan kuliner di ibu kota Provinsi Riau ini. Buat yang senang belanja, beragam cendera mata juga tersedia.

Apabila anda senang berwisata sejarah dan religi datang saja ke Mesjid Raya Pekanbaru, Museum Sang Nila Utama, dan Mesjid Agung An-nur. Atau mau berwisata budaya, kunjungi saja Bandar Serai dan Balai Adat Melayu Riau. Ingin berwisata kuliner, nikmati aneka hidangan khas Melayu dan Minang Melayu serta cicipi pulut durian.
Pulut Durian
Belum puas kunjungi obyek alamnya seperti menyusuri Sungai Siak, Taman Rekreasi Danau Limbungan, dan Taman Pancing Alam Mayang. Mau belanja souvenir untuk oleh-oleh? Pergi saja ke Pasar Bawah atau beberapa mall yang ada di kota ini.

Sebelum ke Pekanbaru, tak ada salahnya Anda mengintip masa lalunya. Kota ini dulunya hanya perkampungan kecil bernama Payung Sekaki di tepi Sungai Siak yang didirikan Suku Senapelan sehingga namanya lebih dikenal dengan Kampung Senapelan. Ketika itu masih berlaku sistem kebatinan dan kampung ini dipimpin oleh seorang tokoh yang disebut batin.

Kerajaan Siak di bawah kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, kampung ini dijadikan sebagai pusat kerajaan sehingga berkembang pesat. Dan oleh Sultan keempat ini, Kampung Senapelan rencananya dijadikan Pekan. Setelah sultan mangkat, rencana itu dilanjutkan oleh putranya yang bernama Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Dan semenjak 23 Juni 1784, Kampung Senapelan berganti nama menjadi Pekanbaru.

Pada 17 Mei 1956 berdasarkan penetapan Gubernur Sumatera di Medan No.103, kota ini dijadikan Daerah Otonomi yang disebut Harnite (Koa Baru) dan kemudian statusnya menjadi Kotapraja Pekanbaru. Tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 20 Januari 1959, kota ini ditetapkan menjadi Ibukota Provinsi Riau yang sebelumnya berkedudukan di Tanjungpinang, berdasarkan Surat Keputusan Mendagri No. Des.52/1/ 44-25.

Kota yang kini bermoto Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman, dan Harmonis (Bertuah) ini memiliki luas 632,26 Km persegi. Terdiri dari 12 kecamatan, yakni Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Sukajadi, Limapuluh, Sail, Rumbai, Bukit Raya, Tampan, Payung Sekaki, Marpoyan Damai, Rumbai Pesisir, dan Kecamatan Tenayan. Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang bermuara ke Selat Malaka menjadi dua bagian.

Dari kota asal, Sabtu pagi, Anda bisa mengambil pesawat ke Pekanbaru. Usai cek-in di penginapan, langsung pergi keliling Kota Pekanbaru, mulai dari Mesjid Agung An-Nur yang terletak di pusat kota. Mesjid provinsi ini dilengkapi Islamic Centre dan taman yang indah serta kolam. Bangunannya megah dengan sejumlah tiang besar dan menara tinggi.

Lalu dilanjutkan ke Mesjid Raya dan Makam Marhum Bukit serta Makam Marhum Pekan yang berada di Kecamatan Senapelan. Mesjid Raya merupakan mesjid tertua di Kota Pekanbaru sebagai bukti bahwa Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di kota ini. Arsitekturnya tradisional dan sangat menarik.

Mesjid ini dibangun pada abad 18 pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal mesjid ini terdapat sumur yang mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid terdapat Makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri Kota Pekanbaru. Marhum Bukit tak lain adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.

Tak jauh dari mesjid ini ada Pasar Bawah yang dijadikan sebagai obyek wisata belanja. Di pasar tertua di Pekanbaru ini dijual beragam karpet, tas, aksesoris, souvenir seperti gantungan kunci, makanan ringan, dan keramik dari berbagai negara tetangga. Di basement-nya ada penjual aneka ikan asin dan keperluan sehari-hari lainnya.
Pasar Bawah Pekanbaru

Untuk santap siang, pergi saja ke restoran yang menyajikan menu khas Minang Melayu, seperti di Rumah Makan Cendana di Jalan A. Yani. Di sana Anda bisa menikmati hindangan Gulai Kepah atau kerang, Sambal Janda Mengamuk yang terdiri dari jengkol muda, pare, buncis dan Ikan Sepat dengan rasa pedas, Sayur Anyang semacam urab dari pakis dan toge, serta minum Jus Martobe, campuran buah Markisa dan Terong Belanda.

Melanjutkan perjalanan ke Balai Adat Melayu Riau yang berada di Jalan Diponegoro. Arsitekturnya khas dengan variasi warna dan ukiran motif bercirikan Melayu. Balai adat ini dibangun untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat resmi Melayu Riau. Bangunannya terdiri atas dua lantai. Di lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan utamanya ada pantun pasal 1 - 4, sedangkan pasal 5 - 12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama.

Keramik dari luar negeri
Selanjutnya ke Museum Sang Nila Utama di Jalan Jendral Sudirman. Di museum ini tersimpan aneka koleksi benda seni, budaya, dan bersejarah Riau. Tidak jauh dari dari museum ini terdapat satu bangunan khas dengan arsitektur Melayu yang kental yaitu Gedung Taman Budaya Riau. Gedung ini digunakan sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu, Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Masih di jalan ini, Anda lanjutkan ke Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai) yang berada tak jauh dari kawasan Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II). Tahun 1994 lalu, tempat ini digunakan untuk penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII. Sekarang telah dibangun gedung teater tertutup yang bernama Anjung Seni Idrus Tin Tin.

Di arena ini Anda dapat menikmati suasana santai sambil menyantap bermacam makanan dan minuman. Berbagai konser dan pentas seni dapat Anda saksikan, baik di halaman maupun di dalam gedung. Anda juga bisa berkeliling untuk melihat rumah-rumah adat setiap kabupaten dan kota se-provinsi Riau.

Malamnya, Anda bisa bersantap hidangan khas Melayu di salah satu rumah makan, antara lain di Restoran Sri Mersing di Jalan Mustafa Sari dengan menu Gulai Siput Talas yang berbahan siput atau keong kecil-kecil, Sayur Ikan Patin Pedas, dan Ikan Selai Selais.

Kalau lambung Anda masih muat, lanjutkan mencicipi pulut durian, jajanan malam khas Pekanbaru di sepanjang jalan utama. Pulut (ketan putih yang ditaburi parutan kelapa) menjadi teman makan durian Kampar atau pun durian Medan.

Masjid Agung Annur
Esok pagi usai sarapan di penginapan, Anda lanjutkan perjalanan ke Taman Rekreasi Danau Limbungan di Kecamatan Rumbai. Limbungan adalah danau buatan berupa bendungan irigasi yang terletak sekitar 10 Km dari Kota Pekanbaru. Pemandangan alam sekitar danaunya indah berlatar perbukitan yang ditumbuhi pepohonan dan berhawa cukup sejuk. Di sini Anda dapat menikmati berbagai arena wisata tirta seperti berenang, memancing, bersepeda air, dan lainnya.

Mall Terbesar di Pekanbaru
Sebelum beranjak ke bandara, Anda bisa pergi ke Dekranasda Riau di ujung Jalan Sisimangaraja untuk melihat atau bahkan membeli aneka cendera mata Riau seperti busana Melayu, batik Riau, kain tenun, dan berbagai kerajinan. Pilihan lain mengunjungi rumah Yungsal, tempat kerajinan Tenun Siak dan akesoris pelaminan Melayu di Jalan Al-Furgon, Kecamatan Lima Puluh.

Di sana Anda dapat melihat proses penenunan Tenun Siak dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Lalu belanja oleh-oleh khas Riau di Toko Cik Puan di Jalan Jenderal Sudirman, antara lain aneka kripik buah, dodol nenas, kue bangkit, lempok durian, amplang, dan bolu durian.

TIPS MEMILIH KOS-KOSAN

Bagi kamu yang memilih untuk kuliah di perguruan tinggi di luar kota maupun luar negeri, tentu banyak persiapan yang harus kamu lakukan sejak jauh-jauh hari.

Berada jauh dari rumah dan orangtua akan membuat perubahan besar dalam pola hidupmu, namun di sinilah rasa tanggung jawab dan kemandirianmu diuji. Pemilihan teman dalam pergaulan dan tempat kos yang benar akan membantu kamu melewati kesepian saat berada jauh dari orangtua.

Berikut beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan dalam memilih tempat kos:

Pilih tempat kos yang berlokasi dekat dengan kampus

Semakin dekat jarak kampus dengan tempat kos, kamu dapat menghemat biaya transportasi untuk ke kampus. Selain itu, saat jeda waktu kuliah terlalu panjang, kamu bisa istirahat di tempat kos.

Periksa fasilitas yang ditawarkan oleh pihak tempat kos

Cek luas ruang kamar, kondisi tempat tidur, kebersihan kamar mandi, listrik, sirkulasi udara di dalam kamar tersebut. Jangan sampai harganya mahal tapi fasilitasnya mengecewakan.

Lihat kondisi tempat kos dengan lingkungan sekitar, tingkat keamanan dan ketersediaan akses tempat makan.

Berbagi kamar kos

Jika kamu adalah tipe orang yang penakut, berbagi kamar kos dengan teman merupakan solusi terbaik. Selain merasa aman, biaya kos pun menjadi lebih murah. Namun, pilihlah teman sekamar yang sesuai dengan kepribadianmu dan dapat memberikan pengaruh positif terutama dalam bidang akademis.

Pemilihan teman yang tepat akan memberikan dampak positif bagimu demikian pula sebaliknya. Teman-teman yang malas kuliah sedikit banyak akan mempengaruhimu untuk malas masuk kuliah juga.

MAGANG SAMBIL NGISI LIBURAN

Tidak ada salahnya jika masa libur panjang kita isi dengan magang. Entah itu magang di kantor atau hanya menjadi pekerja paruh waktu di toserba.

Meski tidak semua perusahaan membayar pegawai magangnya, kita tetap akan mendapatkan pengalaman. Pengalaman itulah yang dapat memperkaya kemampuan kita ketika akan melamar pekerjaan yang sesungguhnya.

Berikut adalah empat hal yang membuat bekerja magang menjadi berharga:

1. Perluas dan perkuat jaringan
Kiat ini bisa jadi yang paling penting. Meski kamu 'hanya' bekerja sebagai pekerja paruh waktu di sebuah toko, jangan remehkan hubungan pertemanan dan prosefional dengan rekan kerjamu. Kamu tidak akan pernah tahu siapa yang mungkin memiliki koneksi atau membantumu terhubung dengan bidang pekerjaan incaranmu jika tidak membuka jaringan.

Hal penting lainnya adalah belajar untuk membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarmu. Kemampuanmu dalam jejaring sosial akan mendukung kesuksesanmu di masa depan.

2. Ciptakan prestasi kerja
Meski kamu bekerja paruh waktu di bidang yang tidak sesuai latar belakangmu, bukan berarti kamu tidak bisa mengukir prestasi. Bekerjalah sepenuh hati dan buktikan bahwa kamu pekerja yang ramah kepada pelanggan, tepat waktu, efektif dan efisien. Resume baik dari tempat magangmu akan menjadi nilai lebih dalam curriculum vitaemu (CV).

3. Jadi inovatif dan tinggalkan kesan baik
Bisa jadi pekerjaan paruh waktumu ketika liburan sangat monoton. Misalnya kamu bekerja di toko pakaian, setiap hari kamu hanya berurusan melipat baju atau membersihkan lantai. Mengapa kamu tidak memecah rutinitas tersebut dan memberi sorotan pada dirimu sendiri? Kamu bisa melakukannya dengan memberi kritik membangun dan saran untuk meningkatkan efektivitas tempat kerjamu.

Menunjukkan antusiasme dan inovasi meski di situasi kerja paling buruk sekalipun, tidak hanya akan meningkatkan 'nilai'mu di mata atasanmu, tapi mungkin juga membuat suasana hatimu lebih menyenangkan dalam bekerja. Meskipun kamu tidak melihat kesempatan untuk berkembang dan maju, setidaknya kamu bisa menawarkan diri untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab dari yang biasanya kamu pegang.

Dengan begitu, kamu tidak akan mudah bosan. Yang lebih penting, kamu akan membuat kesan yang lebih baik pada atasanmu melalui tekadmu melampaui target kerjamu.

4. Belajar banyak hal baru
Dalam setiap pekerjaan remeh pasti ada sesuatu yang bisa kamu ambil sebagai pelajaran. Pelajarilah setidaknya satu keahlian baru!

Pada akhirnya, kamu bisa menggunakan berbagai pengalaman kerja magangmu untuk mengembangkan kemampuan dirimu secara keseluruhan. Seru kan?

1 Juni 2011

LASKAR DAKWAH.....
Dinamis dalam dakwah, performa sempurna, dan membangun kesan produktif. Dikenal sebagai aktivis dakwah. Tapi benarkah ini proses membangun? Ataukah tabir di balik kelemahan? Yang memberi cahaya tapi menghabiskan potensi dan nilai diri? Membakar habis ruh yang bergerak dalam jasad yang ragu, seperti lilin…?!

“Sebenarnya umat Islam tidak kekurangan kuantitas, tetapi telah kehilangan kualitas. Kita telah kehilangan bentuk dan keteladanan manusia muslim yang kuat imannya, yang membulatkan dirinya untuk dakwah, yang rela berkorban di jalan dakwah dan jihad fii sabilillah, dan yang senantiasa istiqomah sampai akhir hayatnya. Maka marilah kita beriltizam dengan tarbiyah dan janganlah kita ridha menukarnya dengan cara-cara yang lain.” Demikian taujihat yang disampaikan oleh Syaikh Musthafa Masyhur.

Inilah arahan yang mengajarkan kita tentang tujuan dari sebuah kerisauan. Satu perasaan yang yang senantiasa kita butuhkan untuk memantapkan satu kata dalam konsep diri kita…kedewasaan. Kerisauan inilah yang harus kita tempatkan di atas rel yang benar. Kepada umat dan kader dakwah ini, risau karena kualitas, dan bukan sekedar pada kuantitas. Risau kepada diri kita, kepada keluarga, dan kepada seluruh manusia yang telah dan akan membangun interaksinya dengan kita. Interaksi spesifik, interaksi ketaatan, interaksi dakwah.

Gambaran tersebut diwakili oleh Fulan, seorang aktivis dakwah kampus. Perenungan mengantarkannya pada diskusi dalam sebuah majelis yang diikutinya. “Ustadz, ini menjadi masalah besar dalam diri ane. Ane mencermati perilaku dan keluhan aktivis dakwah. Gambarannya begini. Ketika seorang hamba memiliki kuantitas ibadah yang bertambah, maka seharusnya berkorelasi positif dengan kualitas keimanan hamba tersebut. Dalam perspektif dakwah pun seharusnya berlaku hal yang sama. Seorang aktivis, ketika frekuensi aktivitas dakwahnya makin padat maka seharusnya ia juga memiliki kualitas keimanan yang juga meningkat. Akan tetapi kenyataan di lapangan terlihat agak berbeda. Seringkali aktivitas dakwah yang padat justru menggerus dan menyerap habis kesabaran, tabungan empati, dan kedewasaan seorang da’i. Kami menjadi lebih emosional, kehilangan nuansa ukhuwah, dan yang parah adalah melihat amanah dakwah sebagai seuatu beban. Kami merasa terjebak dalam ‘sekedar’ aktivitas formal keorganisasian, sekedar menjadi robot-robot pelaksana proker. Bahwa amalan tersebut tidak berbeda dari amalan mahasiswa lain yang menggelar konser musik kampus dan yang sejenisnya. Parahnya lagi, mereka terlihat lebih ‘hidup’ dengan dinamika aktivitasnya dibandingkan dengan nuansa yang kami miliki dalam mengemban amanah dakwah ini.. Bahkan kadang-kadang setan datang dan memberikan was-was. Muncul pertanyaan-pertanyaan, susah amat sih menjadi selalu baik di hadapan orang. Atau ungkapan bahwa ane merasa memiliki kepribadian ganda, di depan orang lain selalu dituntut baik, tapi sebenarnya lemah ketika sendirian, dan seterusnya. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?”


AKTIVITAS LILIN

Gambaran kondisi aktivis dakwah yang diwakili Fulan adalah gambaran aktivis lilin. Tampil sebagai da’I yang memberikan pencerahan kepada masyarakat kampus, akan tetapi secara sadar membakar habis potensi keimanan yang dimiliki. Penyebabnya adalah pemahaman yang memandang agenda dakwah berbingkai kegiatan organisasi selalu lebih utama dari agenda pembinaan. Perilaku turunannya adalah tidak jarang aktivis dakwah meminta izin dari jadwal tarbiyah karena ada syura dakwah. Pada saat itulah potensi keimanan sang aktivis tidak ter- up grade. Padahal itulah bekalan yang harus selalu tersedia dalam agenda dakwah, sekecil apapun. Dari pemahaman yang keliru tadi, aktivitas dakwah sang aktivis ‘membakar’ habis potensi dirinya. Mejadi futur adalah konsekuensi logis yang pasti terjadi.

Tanpa kita sadari seringkali kita terjebak di dalam konteks tersebut. Semangat yang kita miliki dalam dakwah sangat kondisional. Tidak didukung oleh agenda persiapan yang berkesinambungan. Ketika lingkungan kondusif untuk dakwah, maka kita akan tampil optimal.akan tetapi ketika lingkungan melemah dan amanah dakwah hanya tersampir di pundak segelintir ikhwah, maka kita pun melemah. Tidak mustahil akhirnya semangat dakwah kita kian melemah, meleleh, dan akhirnya padam, layaknya sebatang lilin.


SUBSTANSI DAN KEDUDUKAN TARBIYAH

Jika tarbiyah tidak penting, tidak mungkin Syaikh Musthafa Masyhur menegaskan, “Marilah kita beriltizam dengan tarbiyah dan janganlah kita ridha menukarnya dengan cara-cara yang lain.” Sebab tarbiyah adalah wadah dimana kita melengkapi pemahaman dan bekalan dakwah. Modal yang menjelma menjadi cirri dan karakter kita dalam menegakkan amanah kebaikan dan menyerukan Islam.

Dimanakah kiranya kita bias dapatkan tempat yang menempa kita menjadi seorang mujahid? Sosok yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi kepada agamanya, pemahaman yang menyeluruh, lengkap, dan orisinal terhadap Kitabullah dan Sunnaturrasul. Dan ia harus memiliki keikhlasan yang besar untuk menjadi laskar dakwah dan aqidah. Bukan sekedar laskar organisasi kampus apalagi laskar lainnya yang hanya mengejar keuntungan dan tujuan materi semata. Bukan pula laskar yang semata-mata mengejar kepentingan diri sendiri dan popularitas. Menjadi sosok yang mengutamakan kerja daripada hanya sekedar berbicara. Yang seimbang perkataan dengan perbuatan. Yang mengenal dengan pasti jalan yang dilaluinya dan mengikhlaskan niatnya karena Allah semata.

Sosok yang bertekad untuk dakwah dan membebaskan dirinya dari segala prinsip selain Islam dan dari manusia yang tidak menyetujui dakwah Islam. Kemudian ia menyiapkan dan menyediakan dirinya untuk berjihad di jalan Allah demi meninggikan Kalamullah dengan mengorbankan segala yang dimilikinya, jiwa, harta, waktu, dan usaha. Sosok yang oleh Allah ditawar tinggi dengan tebusan kemuliaan, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari diri orang-orang yang beriman dari diri dan harta mereka dengan memberikan surga kepada mereka.” (QS.At Taubah: 111).

Dimanakah kiranya sosok itu dibentuk selain dari sebuah wadah pembinaan yang berkesinambungan. Pembinaan yang terukur dan sarat dengan proses implementasi nilai. Wadah yang menghimpun komitmen dan keinginan sekaligus membakar kelemahan dan tujuan yang menyimpang. Lingkungan yang memungkinkan kita memaksa diri untuk ikhlas menaati ketetapan Allah, penuh rasa ukhuwah, dan saling taushiyah.

Maka marilah kita renungkan, sekuat apakah kita akan bertahan dalam dinamika yang secara paksa merenggut semua peluang keimanan kita. Apalagi kalau kita berpikir masih dapat berpartisipasi melawan hegemoni kemaksiatan dan kemusyrikan serta budaya hidup yang melenakan. Kecuali dengan pengkondisian yang terstruktur dan terpantau, bersama orang-orang yang memiliki komitmen yang sama, serta saling menguatkan, melengkapi pemahaman dan bekalan yang dibutuhkan, hidup dalam tarbiyah. Maka dengan itulah kita mampu bertahan dalam pertarungan besar ini. Jika tidak, maka kita hanya akan mengulang kisah sedih para aktivis lilin yang tertipu oleh kekuatan dirinya, yang berakhir tidak bersisa kecuali menjadi debu yang tidak bermakna. Na’udzubillahi min dzalika.

EPILOG
Kembalilah kepada tarbiyah sebagai langkah awal memulai kehidupan dakwah kita. Sebagai lingkungan membangun karakter mujahid diri kita. Karena dakwah ini tidak hanya menuliskan kisah-kisah keberhasilan dan kejayaan, melainkan juga penderitaan dan kesedihan, kisah pengorbanan yang menuntut pembuktian. Bukankah Allah telah mengingatkan kita, “Adakah manusia menyangka mereka akan dibiarkan berkata,’Kami telah beriman.’ Padahal mereka belum diuji dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, supaya Kami mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta.” (QS.Al Ankabut: 2-3)

Dengan tarbiyah marilah kita berhimpun dalam barisan aktivis dakwah, bukan aktivis lilin. Karena tarbiyah adalah wujud langsung komitmen kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Proses pembinaan diri mengarahkan kita untuk taat pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Hal ini menuntut komitmen dan memaksa kelemahan kita, yang juga berarti menyiapkan kita untuk dapat bertahan dalam berbagai ujian dan beban yang semakin berat.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) oleh orang-orang sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata,”Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS.. Al Baqarah: 214)

Masihkah kita bisa merasa tidak merugi ketika mengurangi dan tidak mengoptimalkan kesempatan dalam berbagai agenda tarbiyah kita? Belum tibakah saatnya memaksa kelemahan diri untuk patuh pada semangat kebangkitan yang sering kita cita-citakan?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More