SELAMAT DATANG DI POJOK INFORMASI

HEADLINE NEWS

30 September 2012

MASUKNYA KEPENTINGAN POLITIK DALAM DUNIA KAMPUS



Oleh : Ari aprilis (27 Maret 2012)
Tahun 1998 merupakan era bangkitnya kembali pergerakan mahasiswa. Pergerakan yang bermula dari kampus ke kampus demi satu cita-cita. Peristiwa 1998 menjadi sejarah baru bagi rakyat Indonesia untuk memasuki era baru yakni era reformasi.  Sekarang sudah 12 tahun reformasi berjalan. Akan tetapi yang dirasakan oleh rakyat belumlah memberikan dampak bagi kehidupan mereka. Seolah-olah tugas utama telah berakhir setelah berhasil menumbangkan penguasa ketika itu. Justru kehidupan yang dirasakan rakyat pada era reformasi tidaklah lebih baik dibandingkan masa orde baru. justru ini hanya menguntungkan bagi kalangan atas untuk menikmati kebebasan memperoleh tahta dan harta, sementara rakyat dibawah tetaplah rakyat yang selalu hanya menjadi objek yang mengatas namakan rakyat.
Perjalanan gerakan mahasiswa pasca reformasi juga tidak menunjukan buah yang lebih baik. Semangat di era 1998 untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik seolah makin padam. Bahkan kebebasan dalam berkarya, berpendapat, berbicara yang merupakan hasil dari buah reformasi belum memberikan hasil untuk kehidupan ini. yang seharusnya mahasiswa lebih memiliki kesempatan yang luas dalam berkarya dan menuangkan pikiran-pikiran intelektual demi membangun kehidupan berbangsa yang beradab. Masih adakah suara mahasiswa dizaman sekarang ini ?
Teriakan – teriakan Suara mahasiswa jika kita perhatikan selalu terdengar dijalanan dalam bentuk aksi mereka. Yang menyuarakan aspirasi rakyat dan terus menuntut akan perubahan terhadap penguasa. Dan bahkan tidak ada satupun kebijakan pemerintah yang luput dari aksi dan kritikan mahasiswa. Artinya bahwa mahasiswa masih melek terhadap stuasi perpolitikan negeri ini.  Namun, aksi dan kritikan hanya tinggal kritikan tanpa membuahkan hasil. Aksi-aksi tuntutan mahasiswa saat ini dipandang sebelah mata oleh penguasa. Sepertinya pemerintah memahami bahwa mahasiswa boleh semakin banyak tapi mereka seperti buih di tengah lautan yang bercerai berai. Sehingga kekuatan mahasiswa saat ini bukan menjadi sebuah ancaman lagi bagi pemerintah.
Hilangnya kesamaan cita-cita menjadi penyebab utama hilangnya kekuatan mahasiswa saat ini. gejolak antar mahasiswa semakin marak di berbagai universitas. Dan bahkan bentrok satu almamaterpun kerap terjadi hanya disebabkan oleh permasalahan kecil. Jadi wajar, jika kekuatan mahasiswa saat ini tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang terus meingkat.
Duniakampus sudah dimasuki oleh kepentingan politik yang terang-terangan dan bahkan terselubung melibatkan mahasiswa. Saat ini beberapa gerakan sayap partai telah berkembang di dunia kampus, dan bahkan telah memiliki ribuan kader dan simpatisan dari kalangan mahasiswa. Sehingga mahasiswa saat ini menjadi terkotak-kotak. Hal ini merupakan cara halus penguasa untuk melemahkan dan menghilangkan pergerakan mahasiswa yang menjadi ancaman bagi mereka (baca : penguasa). Apalagi jika yang menjadi penguasa adalah dari partai tersebut, otomatis mahasiswa yang telah menjadi kader-kader dan simpatisan mereka tidak akan menajdi agen of control terhadap jalannya pemerintahan.  
Kampus yang juga merupakan miniatur dari sebuah negara tidak lagi menjadi wadah menimba ilmu dan soft skill. Banyaknya background yang jadi penopang gerakan mahasiswa saat ini, semakin memicu konflik antar mahassiwa. Sebut saja dalam pemilihan ketua Senat mahasiswa yang sekarang bernama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau Presiden Mahasiswa. Tidak jarang setiap kali pemilihan berujung ricuh dan bentrok, akibat salah satu masa pendukung tidak menerima kekalahan dari pasangan yang mereka usung dalam pemilihan.  Dan bentrok ini bukanlah dilakukan mahasiswa antar fakultas yang mengusung calon, namun yang bentrok adalah mahasiswa yang fanatisme terhadap bendera mereka yang mengusung calon masing-masing dan tidak jarang yang bentrok juga merupakan sesama oramas (baca: organisasi mahasiswa) islam dan bahkan satu almamater. Adanya keeogoisan untuk mengibarkan bendera masing-masing demi menduduki tampuk kepemimpinan mahasiswa dalam dunia kampus merupakan bentuk penurunan pemikiran intelektual mahasiswa. Jika mahasiswa yang masih memiliki daya pikir intelektual, maka hal-hal seperti diatas tidak akan terjadi, dan akan lebih mengedapankan kesamaan cita-cita demi membangun kampus bukan menegakan bendera suatu golongan. pertanyaannya masihkah ada keinginan untuk menjaga  nama alamamter, atau justru lebih menjaga nama bendera golongan masing-masing ??? Jika keadaan mahasiswa disetiap kamupus sudah seperti itu, maka cita-cita reformasi yang dibangun oleh para aktivis 98 lalu semakin jauh dari harapan. Dalam satu kampus saja mahasiswa sudah terkotak dan berpecah belah, bagaimana mau membangun satu kekuatan dalam gerakan.
Gerakan mahasiswa merupakan salahsatu harapan bagi rakyat. Oleh karena itu, untuk tetap menjadi penyambung liadah rakyat, kondisi gerakan mahasiswa saat ini harus dicarikan solusi. Salasatu solusi yang bisa ditawarkan untuk mengembalikan kesatuan gerakan mahassiwa dan membangun cita-cita reformasi adalah membersihkan kembali mahassiwa dari kepentingan luar. dan membangun kembali cita-cita yang sama dari dalam kampus, membangun kembali kebersamaan almamater kampus, bukan membangun bendera kepentingan luar. Karena, begitu banyak pihak luar yang ingin menjadikan mahasiswa sebagai anak panah untuk kepentingan mereka. Mulai dari kepentingan yang mengatasnamakan dakwah hingga kepentingan yang mengatasnakaman nasionalisme.
Olehkarena itu, untuk membangun kembali gerakan mahasiswa yang solid seperti tahun 1998 harus dimulai kembali dari masing-masing universitas. Satukan kembali gerakan dan cita-cita dalam ruanglingkup internal kampus. Karena tanpa adanya kesatuan suara dan cita-cita dari satu universitas, maka akan sulit membangun gerakan untuk ruanglingkup nasional. Ada beberapa hal yang harus dilakukan kembali demi merapatkan kembali barisan mahasiswa dari satu almamater, pertama menjunjung tinggi cinta almamater, kedua mengenyampingkan fanatisme terhadap golongan, ketiga membudayakan kembali musyawarah dalam mufakat, keempat membangun kembali cita-cita bersama demi kemajuan kampus, dan kelima bersihkan kampus dari kepentingan politik.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More