BERLIBUR ke Pekanbaru saat liburan sekolah bukan pilihan keliru. Beragam obyek wisata budaya, religi, sejarah, dan kuliner di ibu kota Provinsi Riau ini. Buat yang senang belanja, beragam cendera mata juga tersedia.
Apabila anda senang berwisata sejarah dan religi datang saja ke Mesjid Raya Pekanbaru, Museum Sang Nila Utama, dan Mesjid Agung An-nur. Atau mau berwisata budaya, kunjungi saja Bandar Serai dan Balai Adat Melayu Riau. Ingin berwisata kuliner, nikmati aneka hidangan khas Melayu dan Minang Melayu serta cicipi pulut durian.
![]() |
Pulut Durian |
Sebelum ke Pekanbaru, tak ada salahnya Anda mengintip masa lalunya. Kota ini dulunya hanya perkampungan kecil bernama Payung Sekaki di tepi Sungai Siak yang didirikan Suku Senapelan sehingga namanya lebih dikenal dengan Kampung Senapelan. Ketika itu masih berlaku sistem kebatinan dan kampung ini dipimpin oleh seorang tokoh yang disebut batin.
Kerajaan Siak di bawah kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, kampung ini dijadikan sebagai pusat kerajaan sehingga berkembang pesat. Dan oleh Sultan keempat ini, Kampung Senapelan rencananya dijadikan Pekan. Setelah sultan mangkat, rencana itu dilanjutkan oleh putranya yang bernama Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah. Dan semenjak 23 Juni 1784, Kampung Senapelan berganti nama menjadi Pekanbaru.
Pada 17 Mei 1956 berdasarkan penetapan Gubernur Sumatera di Medan No.103, kota ini dijadikan Daerah Otonomi yang disebut Harnite (Koa Baru) dan kemudian statusnya menjadi Kotapraja Pekanbaru. Tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 20 Januari 1959, kota ini ditetapkan menjadi Ibukota Provinsi Riau yang sebelumnya berkedudukan di Tanjungpinang, berdasarkan Surat Keputusan Mendagri No. Des.52/1/ 44-25.
Kota yang kini bermoto Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman, dan Harmonis (Bertuah) ini memiliki luas 632,26 Km persegi. Terdiri dari 12 kecamatan, yakni Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Sukajadi, Limapuluh, Sail, Rumbai, Bukit Raya, Tampan, Payung Sekaki, Marpoyan Damai, Rumbai Pesisir, dan Kecamatan Tenayan. Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang bermuara ke Selat Malaka menjadi dua bagian.
Dari kota asal, Sabtu pagi, Anda bisa mengambil pesawat ke Pekanbaru. Usai cek-in di penginapan, langsung pergi keliling Kota Pekanbaru, mulai dari Mesjid Agung An-Nur yang terletak di pusat kota. Mesjid provinsi ini dilengkapi Islamic Centre dan taman yang indah serta kolam. Bangunannya megah dengan sejumlah tiang besar dan menara tinggi.
Lalu dilanjutkan ke Mesjid Raya dan Makam Marhum Bukit serta Makam Marhum Pekan yang berada di Kecamatan Senapelan. Mesjid Raya merupakan mesjid tertua di Kota Pekanbaru sebagai bukti bahwa Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di kota ini. Arsitekturnya tradisional dan sangat menarik.
Mesjid ini dibangun pada abad 18 pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal mesjid ini terdapat sumur yang mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid terdapat Makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri Kota Pekanbaru. Marhum Bukit tak lain adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.
Tak jauh dari mesjid ini ada Pasar Bawah yang dijadikan sebagai obyek wisata belanja. Di pasar tertua di Pekanbaru ini dijual beragam karpet, tas, aksesoris, souvenir seperti gantungan kunci, makanan ringan, dan keramik dari berbagai negara tetangga. Di basement-nya ada penjual aneka ikan asin dan keperluan sehari-hari lainnya.
![]() |
Pasar Bawah Pekanbaru |
Untuk santap siang, pergi saja ke restoran yang menyajikan menu khas Minang Melayu, seperti di Rumah Makan Cendana di Jalan A. Yani. Di sana Anda bisa menikmati hindangan Gulai Kepah atau kerang, Sambal Janda Mengamuk yang terdiri dari jengkol muda, pare, buncis dan Ikan Sepat dengan rasa pedas, Sayur Anyang semacam urab dari pakis dan toge, serta minum Jus Martobe, campuran buah Markisa dan Terong Belanda.
Melanjutkan perjalanan ke Balai Adat Melayu Riau yang berada di Jalan Diponegoro. Arsitekturnya khas dengan variasi warna dan ukiran motif bercirikan Melayu. Balai adat ini dibangun untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat resmi Melayu Riau. Bangunannya terdiri atas dua lantai. Di lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan utamanya ada pantun pasal 1 - 4, sedangkan pasal 5 - 12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama.
![]() |
Keramik dari luar negeri |
Masih di jalan ini, Anda lanjutkan ke Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai) yang berada tak jauh dari kawasan Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II). Tahun 1994 lalu, tempat ini digunakan untuk penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII. Sekarang telah dibangun gedung teater tertutup yang bernama Anjung Seni Idrus Tin Tin.
Di arena ini Anda dapat menikmati suasana santai sambil menyantap bermacam makanan dan minuman. Berbagai konser dan pentas seni dapat Anda saksikan, baik di halaman maupun di dalam gedung. Anda juga bisa berkeliling untuk melihat rumah-rumah adat setiap kabupaten dan kota se-provinsi Riau.
Malamnya, Anda bisa bersantap hidangan khas Melayu di salah satu rumah makan, antara lain di Restoran Sri Mersing di Jalan Mustafa Sari dengan menu Gulai Siput Talas yang berbahan siput atau keong kecil-kecil, Sayur Ikan Patin Pedas, dan Ikan Selai Selais.
Kalau lambung Anda masih muat, lanjutkan mencicipi pulut durian, jajanan malam khas Pekanbaru di sepanjang jalan utama. Pulut (ketan putih yang ditaburi parutan kelapa) menjadi teman makan durian Kampar atau pun durian Medan.
![]() |
Masjid Agung Annur |
![]() |
Mall Terbesar di Pekanbaru |
Di sana Anda dapat melihat proses penenunan Tenun Siak dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Lalu belanja oleh-oleh khas Riau di Toko Cik Puan di Jalan Jenderal Sudirman, antara lain aneka kripik buah, dodol nenas, kue bangkit, lempok durian, amplang, dan bolu durian.
0 komentar:
Posting Komentar